WaraNews.id — Indonesia sebagai negara yang berada di wilayah Cincin Api Pasifik memiliki tingkat kerawanan gempa bumi yang tinggi. Kondisi tersebut menjadikan edukasi mitigasi bencana sebagai langkah penting untuk membangun kesadaran masyarakat sejak dini, terutama di kalangan anak-anak sekolah.
Sebagai upaya menanamkan pengetahuan dan kesiapsiagaan menghadapi gempa bumi, kegiatan Edukasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi dilaksanakan di SD Frater Bakti Luhur Makassar, Senin (15/9). Kegiatan ini diikuti oleh 844 siswa, serta melibatkan 56 guru dan pegawai sekolah dengan penuh antusias.
Program ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat yang didanai oleh DPPM KEMENDIKTISAINTEK 2025. Tim pelaksana diketuai oleh Ir. Helen Sopacua, M.T., bersama anggota tim yang terdiri atas dosen dan mahasiswa, yakni Luciana Buarlele, S.T., M.T., Astrianita Salim, S.E., M.M., Nataniel Sima Gelong, dan Regina Feby Mangiwa.
Selain memberikan edukasi tentang kesiapsiagaan bencana, tim juga menerapkan teknologi sederhana berupa pemasangan simbol-simbol tanggap darurat, seperti jalur evakuasi, tanda exit, titik kumpul, serta kotak P3K di lingkungan sekolah. Langkah ini diharapkan dapat membantu pihak sekolah memiliki sistem mitigasi yang lebih jelas dan mudah dipahami oleh seluruh warga sekolah.
Ketua tim pelaksana, Ir. Helen Sopacua, M.T., menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya bertujuan menambah wawasan, tetapi juga menanamkan sikap tanggap dan peduli terhadap bencana alam.
“Kami ingin anak-anak memahami bahwa gempa bumi bukan hanya fenomena alam yang menakutkan, tetapi sesuatu yang bisa dihadapi dengan pengetahuan dan kesiapan. Edukasi seperti ini menjadi bekal penting agar mereka tahu apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi,” ujar Helen Sopacua.
Ia menambahkan, pentingnya melibatkan lembaga pendidikan dasar dalam kegiatan mitigasi bencana karena sekolah menjadi tempat yang strategis untuk membentuk karakter dan kebiasaan tanggap darurat sejak dini.
“Kesadaran terhadap bencana harus dimulai dari sekolah. Dengan begitu, budaya siaga bencana akan tumbuh dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.
Dengan pelaksanaan edukasi ini, SD Frater Bakti Luhur Makassar diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah lain dalam menerapkan program mitigasi bencana berbasis pendidikan dan teknologi sederhana.











