Jalan Jampea Ganti Nama: Sebagai Penghormatan untuk Ho Eng Djie di Makassar

Jalan Jampea berubah nama menjadi, jalan Ho Eng Djie.

WaraNews.id — Pemerintah Kota Makassar akhirnya mengukuhkan perubahan nama Jalan Jampea menjadi Jalan Ho Eng Djie sebagai bentuk penghormatan kepada sosok yang berjasa dalam mengembangkan seni dan budaya, khususnya di Kota Makassar. Keputusan ini tidak hanya mengingatkan kita pada pentingnya kontribusi Ho Eng Djie, tetapi juga sebagai pengingat akan perjalanan panjang seorang seniman peranakan Tionghoa yang memiliki peran besar dalam kehidupan sosial dan budaya di Indonesia.

Siapa Sebenarnya Ho Eng Djie?

Ho Eng Djie, yang lebih dikenal dengan nama Baba Tjoi atau A. Batjoi, lahir pada tahun 1906 di Maros, Sulawesi Selatan. Nama aslinya mungkin tidak begitu familiar bagi sebagian orang, namun kontribusinya dalam dunia seni Indonesia, khususnya di Makassar, sangatlah besar. Garis keturunan Ho Eng Djie dari pihak ibu pun menunjukkan keterkaitan yang kuat dengan sejarah peranakan Tionghoa, termasuk hubungan dengan Liem Tjien Liong, seorang Kapitan Tionghoa yang pernah menjadi penasihat Raja Gowa.

Sang Seniman Serba Bisa

Ho Eng Djie bukan hanya seorang musisi, namun juga seorang seniman serba bisa yang menguasai berbagai bidang seni, mulai dari musik, film, hingga sastra. Pada tahun 1920-an hingga 1950-an, ia dikenal sebagai pencipta lagu keroncong dan langgam lokal Makassar. Beberapa karyanya yang legendaris, seperti lagu “Ati Raja” dan film dokumenter dengan judul yang sama, bahkan mendapatkan penghargaan atas kontribusinya di dunia seni. Karyanya tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya lokal yang kental.

Selain itu, Ho Eng Djie juga dikenal dengan kemampuan berbahasa Melayu dan bahasa Makassar yang sangat baik, yang semakin memperkuat jembatan antara budaya Tionghoa dengan masyarakat setempat. Tak hanya itu, pada tahun 1953, ia bersama orkestra yang dipimpinnya mendapatkan penghargaan dari Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai apresiasi atas kontribusinya terhadap perkembangan musik nasional.

Pertemuan Bersejarah dengan Presiden Soekarno

Momen bersejarah terjadi pada tahun 1953 ketika Ho Eng Djie berkesempatan bertemu dengan Presiden Soekarno di Istana Merdeka. Pada kesempatan tersebut, mereka berdiskusi mengenai kondisi masyarakat Peranakan Tionghoa, khususnya yang hidup dalam kemiskinan, serta pentingnya seni sebagai alat untuk membangun dan memperkaya kebudayaan bangsa. Pertemuan ini menandakan betapa besar pengaruh Ho Eng Djie dalam dunia seni dan kebudayaan Indonesia, sekaligus sebagai bukti pengakuan atas peranannya di mata pemerintah.

Jalan Ho Eng Djie: Penghormatan Abadi atas Jasa-jasanya

Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya yang tak ternilai, Pemkot Makassar memutuskan untuk mengabadikan nama Ho Eng Djie sebagai nama jalan. Jalan Jampea, yang kini berubah nama menjadi Jalan Ho Eng Djie, akan menjadi saksi bisu bagi perjuangan seorang seniman yang tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga memperkaya budaya Indonesia, khususnya di Makassar.

Menurut Wali Kota Makassar, Danny Pomanto, perubahan nama jalan ini menjadi bagian dari upaya untuk mengenalkan sejarah Ho Eng Djie kepada generasi masa kini. “Ho Eng Djie adalah tokoh yang patut kita kenang, dan sejarahnya harus diketahui oleh generasi sekarang agar kita bisa terus mengapresiasi kontribusinya,” ujarnya.

Perubahan nama jalan ini bukan hanya sekadar pergantian label semata, namun juga merupakan penghormatan kepada tokoh yang telah memberikan dampak besar bagi perkembangan seni dan budaya di Indonesia. Nama Ho Eng Djie kini akan terus dikenang sepanjang sejarah kota Makassar, menginspirasi generasi-generasi mendatang untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam dunia seni.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *