WaraNews.id — Harapan publik sepak bola Indonesia untuk menyaksikan Timnas Garuda tampil di panggung Piala Dunia 2026 akhirnya kandas. Mimpi besar itu pupus setelah Indonesia takluk 0–1 dari Irak pada laga kedua Grup B ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang digelar di Stadion King Abdullah, Minggu (12/10) dini hari WIB.
Gol semata wayang Zidane Iqbal, mantan pemain Manchester United, pada menit ke-75 menjadi penentu kekalahan. Hasil tersebut melengkapi catatan pahit setelah sebelumnya Indonesia juga kalah tipis 2–3 dari Arab Saudi di laga perdana. Dua kekalahan beruntun menutup peluang skuad Garuda untuk melangkah lebih jauh ke Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko tahun depan.
Ketua Umum PSSI sekaligus Menpora, Erick Thohir, menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada seluruh rakyat Indonesia. Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya, Erick mengucapkan terima kasih atas dukungan besar publik sepanjang perjalanan panjang kualifikasi.
“Terima kasih kepada suporter, pemain, dan ofisial atas perjuangan untuk bisa sampai Round 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026,” tulis Erick.
Ia menegaskan bahwa meski gagal melangkah ke Piala Dunia, pencapaian Indonesia kali ini tetap bersejarah.
“Pertama kali dalam sejarah, Indonesia bisa sampai di titik sejauh ini. Namun kami memohon maaf, mimpi masuk ke Piala Dunia belum bisa kami wujudkan.”
Erick menjadi sosok sentral dalam membangun fondasi baru Timnas, termasuk dengan langkah berani melakukan proyek naturalisasi pemain diaspora, serta pembenahan manajemen dan infrastruktur sepak bola nasional. Namun, hasil di lapangan tetap menjadi ujian terbesar bagi upaya reformasi tersebut.
Kiprah Patrick Kluivert: Harapan Besar yang Belum Terjawab
Datangnya Patrick Kluivert, legenda sepak bola Belanda dan eks pemain Barcelona, sempat menyalakan api optimisme baru di kalangan pecinta sepak bola nasional. Dengan pengalaman di level Eropa dan reputasi sebagai pelatih berkelas, Kluivert diharapkan mampu mengangkat kualitas permainan Timnas Indonesia ke level yang lebih modern dan efektif.
Namun dalam perjalanannya, misi besar itu tak berjalan mulus. Kluivert menghadapi sejumlah tantangan: adaptasi terhadap karakter pemain lokal, transisi taktik yang belum sepenuhnya dipahami, hingga tekanan ekspektasi tinggi dari publik.
Di bawah arahannya, Indonesia memang menunjukkan peningkatan dalam penguasaan bola dan kedisiplinan taktik, tetapi efektivitas penyelesaian akhir dan konsistensi bertahan menjadi kelemahan utama. Dua kekalahan di ronde empat memperlihatkan bahwa Tim Garuda masih kesulitan mengimbangi kecepatan dan kedalaman taktik tim-tim elite Asia seperti Arab Saudi dan Irak.
Meski begitu, banyak pihak menilai Kluivert telah mewariskan fondasi gaya bermain baru—lebih berani menguasai permainan, lebih rapi dalam build-up dari belakang, dan mulai berani memainkan pemain muda hasil pembinaan jangka panjang.
Kegagalan ke Piala Dunia memang pahit, tetapi perjalanan kali ini menunjukkan kemajuan nyata sepak bola Indonesia di bawah era kepemimpinan Erick Thohir dan Patrick Kluivert.
Untuk pertama kalinya, Timnas menembus babak empat kualifikasi—suatu pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kini, tantangan berikutnya adalah konsistensi dan kesinambungan program pembinaan, agar mimpi Garuda terbang ke Piala Dunia di masa depan bukan lagi sekadar harapan, melainkan kenyataan yang diraih dengan kerja keras, visi, dan keberanian.











