Mahasiswa Unifa dan Duta Kampus Sulsel Gaungkan Kampanye “Pakaian Bukan Undangan”

WaraNews.id — Kampanye bertajuk “Pakaian Bukan Undangan” yang digagas oleh mahasiswa Universitas Fajar (Unifa) bersama Angelin Lambert, Duta Kampus Sulawesi Selatan 2023, menyerukan pesan kuat terhadap stigma dan budaya menyalahkan perempuan atas dasar penampilannya.

Melalui video berdurasi 1 menit 54 detik, kampanye ini menyoroti realitas sosial yang masih jamak di masyarakat: anggapan bahwa cara berpakaian perempuan dapat memicu atau membenarkan pelecehan. Narasi kampanye ini hadir sebagai bentuk perlawanan terhadap cara pikir tersebut, serta ajakan untuk mengubah perspektif publik.

Dalam video tersebut, tiga perempuan dengan gaya berpakaian berbeda—berhijab, kasual, dan terbuka—diperlihatkan berjalan di ruang publik. Sepanjang langkah mereka, terselip tatapan dan isi pikiran laki-laki yang menghakimi berdasarkan penampilan semata. Pesan utamanya jelas: stigma melekat bukan hanya pada pakaian terbuka, bahkan perempuan yang menutup aurat pun tak luput dari penilaian.

Angelin Lambert tampil sebagai pusat pesan dalam video, menyampaikan narasi reflektif:

“Setiap hari, perempuan berjalan dengan cerita yang berbeda. Tapi sayangnya, dunia masih melihat mereka dari apa yang mereka pakai, bukan siapa mereka sebenarnya.”

Ia berdiri bersama tiga perempuan lainnya, masing-masing membawa papan bertuliskan pesan kampanye, antara lain:
– Pakaian bukan undangan
– Jangan ajarkan perempuan menutup diri, ajarkan laki-laki menghargai
– Tubuhku bukan objek penilaian
– Apa yang kamu lihat, tubuhku atau pakaianku?

Dengan visual yang kuat dan narasi yang menggugah, kampanye ini mengajak masyarakat, terutama laki-laki, untuk berhenti menjadikan pakaian sebagai tolok ukur moralitas atau kesopanan. Seruannya sederhana namun tegas: hormati perempuan tanpa syarat, apapun pilihannya dalam berpakaian.

Kampanye ditutup dengan voice-over yang mengajak penonton merenung:

“Penilaian tak berhenti pada tubuh, rok, kerudung, atau celana pendek. Tapi bagaimana kalau hari ini kita mulai menghargai, bukan menilai?”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *